
Ketua MUI Bidang Perempuan Soal Hari Valentine: Konsep Cinta dalam Islam Tidak Dibatasi Momentum Tahunan
14/02/2025 09:52 ADMINJAKARTA, MUI.OR.ID – Perayaan Hari Valentine yang jatuh setiap 14 Februari kerap menjadi polemik di kalangan umat Islam. Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Perempuan, Remaja, dan Keluarga (PRK), Prof Amany Lubis, menegaskan bahwa Islam telah menetapkan prinsip kasih sayang yang bersifat universal dan tidak terikat pada satu hari tertentu.
"Setiap hari kita harus mencintai Allah, diri kita, dan sesama. Islam tidak mengajarkan penetapan satu hari khusus untuk merayakan kasih sayang, karena seluruh hidup kita seharusnya dipenuhi dengan keimanan dan ketakwaan," tegasnya kepada MUIDigital, Jumat (14/2/2025) di Kantor MUI, Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat.
"Valentine’s Day bukan budaya umat Islam, dan tidak semuanya juga mengakuinya. Hanya pihak tertentu saja yang mau merayakannya dengan menamakannya hari kasih sayang atau hari cinta. Dalam budaya Islam, tidak ada konsep seperti itu," ujar Prof. Amany.
Penerima penghargaan internasional Fatima al-Fihriya pada Forum Azzahra for Moroccan Women 2024 ini menjelaskan perayaan semacam ini seringkali disertai dengan praktik yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti pergaulan bebas, pemborosan, dan perilaku hedonistik yang jauh dari nilai-nilai spiritualitas.
"Dalam Islam, prinsip hidup bukan dihabiskan untuk hura-hura, mubazir, atau menghamburkan harta untuk hal yang tidak bermanfaat. Kita diperintahkan untuk menginvestasikan waktu dengan baik, sebagaimana firman Allah dalam Al-Qur’an yang bersumpah demi masa. Jika kita menyia-nyiakan waktu, maka kita termasuk orang-orang yang merugi," jelasnya.
Di tengah arus globalisasi yang semakin deras, generasi muda Muslim dihadapkan pada tantangan besar untuk menjaga jati diri dan prinsip agama mereka. Prof. Amany menekankan pentingnya membangun kesadaran kritis agar tidak terjebak dalam budaya yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
"Apa yang harus kita lakukan? Kita bisa merayakan sesuatu dengan cara yang lebih baik, seperti meningkatkan keimanan, ketakwaan, serta melakukan kegiatan sosial dan inovatif yang bermanfaat," paparnya.
Prof Amany menyoroti bahwa tekanan budaya asing sering kali membuat generasi muda merasa harus mengikuti tren tertentu tanpa menyadari implikasi jangka panjangnya. Oleh karena itu, umat Islam dituntut untuk lebih selektif dalam menyerap budaya luar agar tidak kehilangan esensi keislaman mereka.
"Mudah-mudahan generasi muda Indonesia terjaga dari hal-hal yang tidak berguna dan tetap berpegang teguh pada ajaran Islam," tutupnya.
(Latifahtul Jannah/Azhar)
Tags: Hari Valentine, MUI