Khutbah Jumat: Inti Ibadah Haji adalah Ketakwaan yang Mensucikan Hati

Khutbah Jumat: Inti Ibadah Haji adalah Ketakwaan yang Mensucikan Hati

13/06/2025 06:35 ADMIN

Oleh: Ustadz Arif Rokhman MA, Sekretaris II MUI kota Tangerang


اَلسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُاللهِ وَبَرَكَاتُه

اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ الْإِيْمَانِ وَالْإِسْلَامِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّم عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَيْرِ الْأَنَامِ. وَعَلٰى اٰلِهِ وَأَصْحَابِهِ الْكِرَامِ. أَشْهَدُ أَنْ لَا اِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ الْمَلِكُ الْقُدُّوْسُ السَّلَامُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَحَبِيْبَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ
صَاحِبُ الشَّرَفِ وَالْإِحْتِرَامِ

أَمَّا بَعْدُ، فَيَاعِبَادَ اللّٰهِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللّٰهِ فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ. اِتَّقُوا اللّٰهَ، وَاعْمَلُوا الصَّالِحَاتِ وَاجْتَنِبُوا الْمُنْكَرَاتِ وَاذْكُرُوا اللّٰهَ فِي أَيَّامٍ مَعْلُوْمَتٍ وَاشْكُرُوْا لِلّٰهِ الَّذِيْ بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ، قَالَ اللّٰهُ تَعَالٰى: وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلًاۗ وَمَنْ كَفَرَ فَاِنَّ اللّٰهَ غَنِيٌّ عَنِ الْعٰلَمِيْنَ


Ma’asyiral muslimin rahimakumullah...

Dalam kesempatan ini khatib dengan tidak bosan-bosannya, dan juga menjadi kewajiban dalam khutbahnya untuk senantiasa berwasiat takwa kepada jamaah dan khususnya kepada diri khatib pribadi.

Ketakwaan ini kita tingkatkan dan kita kuatkan melalui wujud komitmen menjalankan segala perintah Allah SWT dan menjauhi larangan-Nya. Mengapa takwa menjadi sesuatu yang paling utama untuk senantiasa ditingkatkan? Karena ketakwaan adalah menjadi bekal yang paling baik dalam mengarungi kehidupan ini.

وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ

Artinya: “Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS Al-Baqarah: 197)

Takwa juga merupakan bekal yang paling baik bagi saudara-saudara kita yang sedang pergi menunaikan rukun Islam yang kelima yakni ibadah haji. Ayat ini merupakan bagian atau rangkaian ayat yang di dalamnya mengingatkan kepada mereka yang sedang menunaikan ibadah haji dengan situasi dan kondisi di tanah suci untuk membawa bekal dengan baik dan menghindari larangan-larangan selama menjalankan ibadah haji

اَلْحَجُّ اَشْهُرٌ مَّعْلُوْمٰتٌۚ فَمَنْ فَرَضَ فِيْهِنَّ الْحَجَّ فَلَا رَفَثَ وَلَا فُسُوْقَ وَلَا جِدَالَ فِى الْحَجِّۗ وَمَا تَفْعَلُوْا مِنْ خَيْرٍ يَّعْلَمْهُ اللّٰهُۗ وَتَزَوَّدُوْا فَاِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوٰىۖ وَاتَّقُوْنِ يٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ

 Artinya: “(Musim) haji itu (berlangsung pada) bulan-bulan yang telah dimaklumi. Siapa yang mengerjakan (ibadah) haji dalam (bulan-bulan) itu, janganlah berbuat rafaṡ, berbuat maksiat, dan bertengkar dalam (melakukan ibadah) haji. Segala kebaikan yang kamu kerjakan (pasti) Allah mengetahuinya. Berbekallah karena sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa. Bertakwalah kepada-Ku wahai orang-orang yang (berakal ) mempunyai akal sehat.” (QS al-Baqarah: 197)

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah...

Dalam tafsir Kemenag RI disebutkan bahwa ayat ini menjelaskan tentang waktu yang digunakan untuk mengerjakan haji sudah ditetapkan oleh Allah. Yaitu pada bulan-bulan yang sudah ditentukan dan tidak dibolehkan pada bulan-bulan yang lainnya.

Dalam ayat ini ditegaskan juga bahwa orang-orang yang sedang mengerjakan haji dilarang bersetubuh, mengucapkan kata-kata keji, melanggar larangan-larangan agama, berolok-olok, bermegah-megah, bertengkar, dan bermusuhan walaupun pada kenyataannya terkadang sering terjadi namun masing- masing jiwa harus bisa menahan diri dalam hal tersebut.

Maka semua perhatian semata-mata hanya ditujukan untuk berbuat kebaikan. Hati dan pikiran jamaah haji hanya tercurah kepada ibadah, mencari keridhaan Allah, dan selalu mengingat-Nya. Oleh karenanya penting bagi umat Islam yang sedang menunaikan ibadah haji untuk menjaga niat hanya karena Allah SWT.

Hal ini sudah diingatkan oleh Allah secara tersurat dan tersirat dengan dua ayat perintah haji yang diiringi dengan kata-kata ‘lillah’ yang bermakna ‘untuk Allah’. Ayat pertama termaktub dalam Alquran Surat Ali Imran ayat 97:

 وَلِلّٰهِ عَلَى النَّاسِ حِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ إِلَيْهِ سَبِيلًا

Artinya: “Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang mampu mengadakan perjalanan ke Baitullah,” Ayat kedua disebutkan dalam Al-Qur’an Surat Al-Baqarah ayat 196:

 وَاَتِمُّوا الْحَجَّ وَالْعُمْرَةَ لِلّٰهِۗ

Artinya: “Sempurnakanlah ibadah haji dan umrah karena Allah.”

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

Dua ayat ini sudah cukup untuk mengingatkan kita, khususnya kepada saudara-saudara kita yang sedang berhaji pada tahun ini untuk berhaji karena Allah. Niat ini penting ditanamkan karena menjadi bagian tak terpisahkan dari muamalah-muamalah kita khususnya muamalah ibadah. Sebuah hadits Rasululullah saw yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi menyebutkan:

 نِيَّةُ المُؤْمِنِ خَيْرٌ مِنْ عَمَلِهِ

Artinya: “Niat seorang mukmin lebih utama dari pada amalnya.”

Dari hadits ini ditegaskan bahwa niat menjadi kunci dalam melaksanakan sebuah aktivitas yang dalam konteks ini adalah ibadah haji. jika tidak diawali dengan niat yang benar, maka ibadah haji yang dilaksanakan tidak akan ada nilainya. Namun ketika kita mengawali ibadah haji dengan niat yang benar, maka ibadah haji yang dilaksanakan memiliki nilai dan bermakna.

Ketika haji dilaksanakan dengan baik maka Allah SWT pasti akan mencatatnya dan akan dibalas-Nya dengan pahala yang berlipat ganda. Di antara balasan bagi orang yang menunaikan ibadah haji disebutkan dalam hadits Rasulullah saw:

 اَلْحَجُّ الْمَبْرُوْرُ لَيْسَ لَهُ جَزَاءٌ إِلَّا الْجَنَّةَ

Artinya, “Haji mabrur tiada balasan lain kecuali surga.’ (HR Ahmad).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah...

Ibadah haji menjadi impian setiap muslim walaupun harus menunggu antrean yang cukup lama karena ibadah haji menjadi satu dari lima ibadah yang akan menyempurnakan Islam kita. Hal ini diungkapkan oleh Rasulullah dalam haditsnya:

 بُنِيَ الْإِسْلَامُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلٰهَ إِلَّا اللّٰهُ وَ أَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللّٰهِ، وَ إِقَامِ الصَّلَاةِ، وَ إِيْتَاءِ الزَّكَاةِ، وَ حَجِّ الْبَيْتِ، وَ صَوْمِ رَمَضَانَ. رواه البخاري و مسلم

Artinya: "Islam dibangun di atas lima perkara, yaitu persaksian bahwa tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, pergi haji, dan puasa di bulan Ramadhan”(HR Al-Bukhari dan Muslim).

Dengan menyempurnakan Islam kita, maka secara otomatis kita menyatakan pengakuan bahwa kita adalah hamba Allah yang memang diciptakan ke dunia tidak lain untuk beribadah kepada-Nya. Selain itu, komitmen menyempurnakan keislaman dengan berangkat haji juga merupakan wujud syukur atas rezeki yang telah dianugerahkan Allah yang kemudian digunakan untuk hal-hal yang diridhai-Nya.

Yakinlah, harta yang kita keluarkan di jalan Allah, diiringi rasa bersyukur tidak akan mengurangi harta yang kita miliki. Justru sebaliknya, Allah akan menambahkan terus nikmat dan rezeki kepada kita dari jalan yang tidak disangka-sangka jika kita
menggunakan harta kita untuk kepentingan ibadah. Allah berfirman:

 مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِيْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍۗ وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَاۤءُۗ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ ۝٢٦١

Artinya: “Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan hartanya di jalan Allah adalah seperti (orang-orang yang menabur) sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada setiap tangkai ada seratus biji. Allah melipatgandakan (pahala) bagi siapa yang Dia kehendaki. Allah Mahaluas lagi Maha Mengetahui.” (QS Al-Baqarah : 261).

Ma’asyiral muslimin rahimakumullah

 Semoga Allah SWT memberikan kesempatan kepada saudara suadara muslim yang belum berhaji karena antrean dan lain sebagainya untuk segera dapat berkunjung ke Baitullah dalam melaksanakan ibadah haji. Semoga Allah memberikan karunia rezeki yang berkah sebagai bekal dalam menjalankan ibadah haji dengan niat yang benar sehingga menjadi haji yang mabrur ataupun mabrurah. Amin

 بَارَكَ اللّٰهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْأَنِ الْكَرِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْم، وَتَقَبَّلَ اللّٰهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ، أَقُوْلُ قَوْلِيْ هٰذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللّٰهَ الْعَظِيْمَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Tags: haji, hakikat ibadah haji, makna ibadah haji, esensi haji