
Khutbah Idul Fitri 1446 H: Merajut Persatuan dalam Semangat Kesucian Qalbu
30/03/2025 11:06 ADMINOleh: KH M Cholil Nafis, Lc, Ph D, Ketua MUI Bidang Dakwah dan Ukhuwah
الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ – الله ُأَكْبَرُ –
ُكَبِيْرًا, وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْراً, وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاَ, لاَإِلهَ إِلاَّالله ُوَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لَاإِلهَ إِلاَّالله ُوَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيّاَهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْ الكاَفِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ.
الحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ حَررَّمَ الصِّياَمَ يومَ العِيْدِ ضِياَفَةً لِعِباَدِهِ الصَّالِحِيْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لاَإِلهَ إِلاَّالله وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ الَّذِيْ جَعَلَ الجَّنَّةَ لِلْمُتَّقِيْنَ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ وَمَوْللاَناَ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ االداَّعِيْ إِلىَ الصِّراَطِ المُسْتَقِيْمِ . اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ وَباَرِكْ عَلىَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحاَبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلىَ يَوْمِ الدِّيْنَ. أَماَّ بَعْدُ
فَيَآأَيُّهَاالمُؤْمِنُوْنَ وَالمُؤْمِناَتِ أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. اتَّقُوْا الله َحَقَّ تُقاَتِهِ وَلاَتَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Allahu akbar 3 X Walillahi al hamdu
Jamaah Idul Fitri yang berbahagia...
Dalam suasana lebaran yang penuh makna di tengah nuansa kebahagiaan dan kegembiraan di hari kemenangan umat Islam, maka hari ini kita merayakan Idul Fitri, yakni hari kembali berbuka dan menggapai diri yang suci. Kaum muslimin telah menang dan lulus melewati ujian “jihad akbar”, mengelola nafsu syahwat dan menghindari yang syubhat. Kita yang telah lulus training selama 30 hari di bulan Ramadhan, kaum Muslimin di manapun berada disunnahkan (dianjurkan) untuk mengagungkan nama Allah, memperbanyak takbir, tahmid, tahlil dan tasbih, sebagaimana yang dikehendaki oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
وَلِتُكْمِلُواْ الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُواْ اللّهَ عَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Artinya: “Dan hendaklah kamu sempurnakan bilangannya dan hendaklah kemu mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu supaya kamu bersyukur.” (QS Al Baqarah [2]: 185)
Allahu akabar 3X Walillahi al hamdu
Kaum Muslimin wal Muslimat rahimakumullah..
Idul Fitri atinya kita telah menggapai pada kesucian. Kita tunjukkan dengan mengeluarkan zakat fitrah sebelum pelaksanaan shalat Id, bahkan selama bula puasa kita telah mengeluarkan zakat harta. Itu menunjukan bahwa hari ini pada diri kita menggapai dua hal sekaligus. Yaitu kesucian diri (fitrah) dan kebersamaan antar sesama (ukhuwah). Fitrah adalah asal kejadian, keadaan suci.
Rasulullah SAW menjelaskan bahwa umat manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah, (kullu mauludin yuladu ‘ala al fitrah). Akan tetapi karena berjibaku dengan ambisi dan interaksi kehidupan sering kali watak manusia berubah menjadi licik, pendusta dan sombong. Ini artinya bahwa fitrah adalah sesuatu yang inheren dengan jati diri manusia. Jati diri manusia adalah keberadaan umat manusia sebagai hamba Allah (‘abdullah), ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang sekaligus sebagai khalifah Allah SWT di muka bumi (khalifatullah fil-ardl).
Alquran menghadirkan kisah penciptaan manusia yang terdiri dari dua unsur yang tarik menarik yaitu diciptakan dari tanah liat sebagai simbol kerendahan, stagnasi dan pasifitas mutlak, kamudian ditiupkan ruh Allah SWT sebagai simbol dari gerakan tanpa henti yang mengajak manusia ke puncak spiritual tertinggi dan tiada batas.
Setelah manusia diciptakan, Allah SWT mengajarkan nama-nama. Kenyataan ini menunjukkan bahwa manusia diberi bekal tentang “kebaikan bawaan” yang terpancar lewat hati Nurani dan ilmu pengetahuan. Manusia bisa menjadi hamba yang paling tinggi derajatnya bahkan melebihi malaikat yang tak pernah maksiat kepada Allah SWT jika beriman dan menggunakan ilmunya, tetapi saat manusia tidak lagi menggunakan akan sehat dan tidak patuh pada agama maka ia akan menjadi hamba yang lebih rendah dari hewan yang melata sekalipun.
Ibnul Jauzi dalam Kitab Zadul Masir menjelaskan, makna fitrah adalah kondisi awal penciptaan, di mana manusia diciptakan oleh Allah pada kondisi tersebut. Setiap manusia dilahirkan dalam keadaan fitrah yang merupakan potensi atau sifat dasar bagi manusia. kKnsep fitrah yang terdapat dalam Alquransurat al-Rum ayat 30 dikemukakan oleh Ismail Haqi al-Barusawi, bahwa konsep fitrah adalah manusia yang pada hakikatnya sejak lahir telah mengakui ke-Esa-an Allah SWT atau paling tidak, manusia sejak ia dilahirkan sudah mempunyai kecenderungan untuk meng-Esa-kan Tuhannya dan selalu berusaha terus menerus mencari untuk mencapai ketauhidan kepada Allah SWT.
Dalam pandangan Al-Qurthubi menafsirkan kata fitrah bermakna kesucian, yaitu kesucian jiwa dan rohani. Untuk itu, manusia harus meneladani Nabi Muhammad SAW yang tercermin dalam Alquran. Manusia harus senantiasa melakukan proses evolusi (becoming, menjadi, dalam filsafat Islam: insan) menuju Tuhan. Hanya dengan menjadi insan manusia bisa memaksimalkan perannya sebagai hamba Allah Yang Maha Pengasih (‘ibadurrahman).
Allahu akbar 3X Walillahi al hamdu
Jamaah Idul Fitri yang berbahagia...
Ibadah puasa bertujuan untuk meraih kesucian hati nurani dan meraih kemerdekaan sejati, yaitu takwa. Merdeka dan bebas dari berbagai belenggu yang mengungkung ke-fitri-an. Puasa adalah pelatihan rutin dan sistematis untuk menjaga fitrah manusia sehingga memiliki kesadran diri yang fitrah dan akan membangun kebersamaan.
Ketika kita berlatih dalam madrasah Ramadhan (balai latihan kemanusia/al-madarasah al-insaniyah) sebulan penuh lamanya, menahan lapar dan haus mulai terbit fajar sampai terbenam matahari tentunya hati dan jiwa kita diasah untuk menajamkan rasa empati, kasih sayang dan penuh perhatian kepada para saudara kita yang kurang beruntung. Mereka yang tidak mempunyai tempat tinggal tidak tahu sampai kapan ia bisa mempunyai tempat berteduh.
Mereka yang lapar karena kemiskinan tidak tahu sampai kapan mereka bisa makan dan minum. Maka puasa mengajarkan diri untuk membangun kebersamaan dengan cara berbagi kepada mereka.
Bangsa kita masih berada pada tingkat yang memprihatinkan. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) angka pengangguran di Indonesia periode Agustus 2024 mencapai 7,47 juta orang. Adapun berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per September 2024, persentase penduduk miskin di Indonesia adalah sebesar 8,57 persen atau sekitar 24,06 juta orang.
Padahal sebenarnya konstitusi bangsa Indonesia yang disusun oleh founding father and mother telah memiliki jiwa pemberantasan kemiskinan. Pasal 34 UUD 1945 dengan tegas menyebutkan “Fakir Miskin dan Anak Terlantar dipelihara oleh Negara”. Ia dengan jelas mengatur soal kewajiban negara untuk menyelesaikan kemiskinan. Tapi faktanya tak semua hal bisa diselesaikan oleh negara namun perlu kebersamaan untuk saling membantu antar anak bangsa.
Di sinilah kita diuji untuk mengimplementasi ibadah puasa kita yang bersifat individu kepada kontek sosial. Ramadhan telah melatih mental kita dan membiasakan diri kita untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Allah SWT melalui berbagai amaliah yang bersifat mahdhah; seperti shalat tarawih, tadarus Alquran, dzikir, itikaf dan amal ibadah lainnya. Dan, pada saat yang bersamaan Ramadhan telah melatih dan membiasakan diri kita untuk dapat membina hubungan baik dengan sesama manusia melalui berbagai amaliah yang bersifat sosial.
Dalam konteks sosial tersebut, Ramadhan telah menuntun kita untuk senantiasa mampu menumbuh-kembangkan semangat cinta kasih dan persaudaraan. Dengan lapar dan haus yang kita rasakan dan meninggalkan hubungan seksual di siang hari diharapkan dapat menumbuhkan cinta kasih kepada sesama, terutama kepada saudara-saudara kita yang kurang mampu dan kurang beruntung, serta termarginalisasi oleh kehidupan yang semakin keras dan kompetitif. Oleh karenanya,
Nabi Muhammad SAW selalu mengajarkan kepada kita untuk senantiasa menebarkan cinta kasih dan kebersamaan kepada sesama manusia. Nabi Muhammad saw bersabda:
اِرْحَمُوْا مَنْ فِيْ الأَرْضِ يَرْحَمُكُمْ مَنْ فِيْ السَّمآءِ (رواه الطبراني)
Artinya: “Sayangilah orang-orang yang ada di bumi, supaya engkau disayang oleh yang dilangit (para malaikat)” (HR. Thabrani)
Allahu akbar 3X Walillahi al hamdu
Kaum Muslimin wal Muslimat rahimakumullah...
Kemenangan meraih fitrah dengan mengalahkan belenggu hawa nafsu juga disempurnakan dengan kewajiban membuang kotoran belenggu yang disimbolkan melalui zakat fitrah. Ini cara efektif bagaimana kita menyambut Idul Fitri. Karena dengan zakat, baik zakat fitrah ataun zakat harta kita akan diingatkan bahwa diri kita dan harta yang dimiliki sesungguhya adalah milik Allah SWT.
Oleh karena itu, sudah semestinya digunakan sesuai dengan apa yang dikehendaki Allah SWT. Harta yang kita miliki bukan sepenuhnya milik kita, karena ada hak kaum fakir miskin dan para mustahik. Jika kita mengerti harta adalah amanah dan berzakat dengan benar maka tidak akan menghambur-hamburkan harta atau mernyimpannya secara berlebihan karena merasa bahwa harta itu adalah amanah dari Allah SWT yang harus ditunaikan.
Zakat fitrah yang dikeluarkan sebelum kita melaksanakan shalat Idul Fitri adalah simbol kepedulian kita kepada sesama. Pada hari kemenangan ini menjadi contoh, bahwa tidak seorang pun yang kelaparan dan sedih karena kekurangan harta benda. Semua gembira, semua menang dan semua umat manusia hidupnya dalam keadaan cukup.
Diharapkan pada hari-hari berikutnya mencontoh pada kondisi dan situasi yang tergambar pada Hari Raya Fitri ini. Selain zakat fitrah yang terbatas itu juga perlu memaksimalkan zakat harta dalam pengumpulan dan distribusinya. Menurut Baznas RI, potensi zakat Indonesia mencapai Rp327 triliun per tahun.
Namun realitanya, penghimpunan ZIS saat ini baru menyentuh Rp41 triliun. Padahal zakat itu mandatory, ialah kewajiban. Oleh karenanya zakat bukan kedermawanan. Berbeda dengan infaq, wakaf dan sadekah yang merupakan voluntary yang artinya adalah sukarela yang merefleksikan kedermawanan.
Zakat itu tidak hanya berfungsi sebagai bantuan tapi harusnya juga pemberdayaan. Imam Malik dalam kitab Muwaththa’-nya menyatakan bahwa zakat harus diberikan dengan tujuan untuk membantu orang miskin mencapai kemandirian, sehingga mereka bisa menjadi bagian dari solusi ekonomi, bukan sekadar penerima bantuan.
Peran zakat secara umum adalah untuk menaikkan derajat hidup seorang mustahik untuk menjadi muzakki. Seyogyanya, keberadaan zakat secara lebih meluas memiliki misi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat bukan hanya dari aspek material saja namun juga dari aspek spiritual.
Zakat adalah sarana untuk membangun cinta kasih dan kebersamaan. Cinta kasih dan kebersamaan dalam doktrin ajaran agama Islam, bukanlah dalam artian sempit yang hanya terbatas pada kerabat dekat, ras, suku, golongan atau kelompok tertentu, tetapi bersifat universal (menyeluruh) mencakup semua makhluk ciptaan Allah, tanpa harus ada sekat-sekat atau dinding pemisah apapun namanya. Nabi Muhammad SAW bersabda:
لَنْ تُؤْمِنُوْا حَتّى تَرْحَمُوْا قَالُوا ياَ رَسُوْلَ اللهِ كُلُّناَ رَحِيْمٌ, قَالَ إِنَّهُ لَيْسَ بِرَحْمَةِ أَحَدِكُمْ وَلَكِنَّهَا رَحْمَةُ العاَمَّةِ.(رواه البخاري)
Artinya: “Tidak akan sempurna iman kalian sehingga kalian menyayangi. para sahabat berkata: Yarasulullah kami semua sudah saling menyayangi. Nabi saw bersabda: Bahwa sayang yang dimaksud bukan sayang sekedar sayang kepada salah seorang diantara kamu, tetapi sayang (yang dimaksud) ialah sayang yang bersifat universal. (HR. Bukhori).
Allahu akbar 3X Walillahi al hamdu
Kaum Muslimin wal Muslimat rahimakumullah...
Pada hari kemenangan kita dalam me-manage hawa nafsu dan menghindari dari syubhat untuk mencapai ketakwaan melalui ibadah puasa sebulan penuh, menahan lapar, haus dan hubungan seksual di siang hari, maka pada pagi hari ini, marilah kita tunjukkan indikator keberhasilan dalam meraih ketakwaan, kita tunjukkan kesejatian diri yang “fitri” yang senantiasa mengukuhkan iman kepada yang ghaib, menjalankan shalat, menebar cinta kasih, kebersamaan, berinfak, menahan emosi, dan mampu memaafkan orang lain.
Fitrah yang sesungguhnya adalah ketika taqwanya bertambah, berarti amal salehnya meningkat, semakin menjauhkan diri dari prilkau-prilaku maksiat dan peran serta kemanusiaan lebih maksimal. Jadi kembali ke fitrah berarti kembali mendengarkan suara hati Nurani yang paling dalam yang sudah kita jernihkan dengan berpuasa.
Bersikap fitrah adalah berorientasi pada pemenangan “ruh ilahi” atas tanah “lumpur”. Semoga Allah SWT menuntun dan membimbing kita untuk selalu menjaga jiwa kita agar tetap bertaqwa dan berjalan pada fitrahnya. Amin.
جَعَلَناَ الله ُوَإِياَّكُمْ مِنَ العاَئِدِيْنَ وَالفَآئِزِيْنَ وَأَدْخَلَناَ وَاِيَّاكُمْ فِيْ زُمْرَةِ عِباَدِهِ المُتَّقِيْنَ. قَالَ تَعَالَى فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ . يُرِيْدُ اللهُ بِكُمُ اليُسْرَ وَلاَ يُرِيْدُ بِكُمُ العُسْرَ وَلِتُكْمِلُوْاالعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوْاالله َعَلَى مَا هَدَاكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
بَارَكَ الله ُلِيْ وَلَكُمْ فِيْ القُرْآنِ العَظِيْمِ وَنَفَعَنيِْ وَاِيّاَكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الذِّكْرِ الحَكِيْمِ. وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ اِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ. وَقُلْ رَبِّ اغْفِرْ وَارْحَمْ وَاَنْتَ خَيْرُ الرَّاحِمِيْنَ
الخطبة الثانية لعيد الفطر
الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر – الله أكبر كَبِيْرًا وَالحَمْدُ لِلّهِ كَثِيْرًا وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله ُوَحْدَهُ صَدَقَ وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ لاَ إِلَهَ إِلاّاَلله ُوَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْكَرِهَ المُشْرِكُوْنَ وَلَوْكَرِهَ الكاَفِرُوْنَ وَلَوْكَرِهَ المُناَفِقُوْنَ. الحَمْدُ لِلّهِ حَمْداً كَثِيْرًا كَماَ أَمَرَ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَإِلَهَ إِلاَّ الله ُوَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ إِرْغاَماً لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَناَ مُحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ سَيِّدُ الخَلَآئِقِ وَالبَشَرِ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ مَصَابِيْحَ الغُرَرِ. أَمَّا بَعْدُ:
فَيآأَيُّهاَالحاَضِرُوْنَ. أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ. وَافْعَلُوْاالخَيْرَ وَاجْتَنِبُوْآ عَنِ السَّيِّآتِ. وَاعْلَمُوْآ أَنَّ الله َأَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَنَّابِمَلَآئِكَةِ المُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ. فَقاَلَ تعالى فِيْ كِتاَبِهِ الكَرِيْمِ أَعُوْذُ باِلله ِمِنَ الشَّيْطاَنِ الرَّجِيْمِ. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَحِيْمِ. إِنَّ اللهَ وَمَلَآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيْ يَآأَيُّهاَالَّذِيْنَ آمَنُوْآ صَلُّوْآ عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. فَأَجِيْبُوْآالله َاِلَى مَادَعَاكُمْ وَصَلُّوْآ وَسَلِّمُوْأ عَلَى مَنْ بِهِ هَدَاكُمْ. اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصِحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. وَعَلَى التَّابِعِيْنَ وَتَابِعِيْ التَّابِعِيْنَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. وَارْضَ الله ُعَنَّا وَعَنْهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَاأَرْحَمَ الراَحِمِيْنَ.
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالمُؤْمِناَتِ وَالمُسْلِمِيْنَ وَالمُسْلِمَاتِ الأَحْيآءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعُ قَرِيْبٌ مُجِيْبٌ الدَّعَوَاتِ. اللَّهُمَّ انْصُرْأُمَّةَ سَيّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللَّهُمَّ اصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهُمَّ انْصُرْ أُمَّةَ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ. اللّهمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ. وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الدِّيْنَ. وَاجْعَلْ بَلْدَتَناَ إِنْدُوْنِيْسِيَّا هَذِهِ بَلْدَةً تَجْرِيْ فِيْهَا أَحْكاَمُكَ وَسُنَّةُ رَسُوْلِكَ ياَ حَيُّ ياَ قَيُّوْمُ. يآاِلهَناَ وَإِلهَ كُلِّ شَيْئٍ. هَذَا حَالُناَ ياَالله ُلاَيَخْفَى عَلَيْكَ. اللَّهُمَّ ادْفَعْ عَنّاَ الغَلآءَ وَالبَلآءَ
وَالوَبآءَ وَالفَحْشآءَ وَالمُنْكَرَ وَالبَغْيَ وَالسُّيُوفَ المُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَآئِدَ وَالِمحَنَ ماَ ظَهَرَ مِنْهَا وَماَ بَطَنَ مِنْ بَلَدِناَ هَذاَ خاَصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ المُسْلِمِيْنَ عاَمَّةً ياَ رَبَّ العَالمَيِنَ.
اللَّهُمَّ أَعِزَّ الإِسْلاَمَ وَالمُسْلِمِيْنَ وَأَهْلِكِ الكَفَرَةَ وَالمُبْتَدِعَةِ وَالرَّافِضَةَ وَالمُشْرِكِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ. وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلاَيَتَنَا فِيْمَنْ خَافَكَ وَاتَّقَاكَ. رَبَّناَ اغْفِرْ لَناَ وَلِإِخْوَانِناَ الَّذِيْنَ سَبَقُوْناَ بِالإِيمْاَنِ وَلاَ تَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِناَ غِلاًّ لِلَّذِيْنَ آمَنُوْا رَبَّناَ اِنَّكَ رَؤُوفٌ رَحِيْمٌ. رَبَّناَ آتِناَ فِيْ الدُّنْياَ حَسَنَةً وَفِيْ الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِناَ عَذَابَ النَّارِ وَالحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ العاَلمَيِنَ.
Tags: khutbah idul fitri, khutbah idul fitri 2025, idul fitri, idul fitri 2025, ramadhan, lebaran, majelis ulama indonesia, khutbah idul fitri, khutbah idul fitri manusia berintegritas, idul fitri, idul fitri 2025, idul fitri 1446 h, majelis ulama indonesi, khutbah idul fitri, khutbah idul fitri manusia berintegritas, idul fitri, idul fitri 2025, idul fitri 1446 h, majelis ulama indonesi, khutbah idul fitri, khutbah idul fitri manusia berintegritas, idul fitri, idul fitri 2025, idul fitri 1446 h, majelis ulama indonesi, khutbah idul fitri, khutbah idul fitri manusia berintegritas, idul fitri, idul fitri 2025, idul fitri 1446 h, majelis ulama indonesi, khutbah idul fitri, khutbah idul fitri 2025, idul fitri, idul fitri 2025, ramadhan, lebaran, majelis ulama indonesia